Skip to content

Sabda Bina Umat 24 Juli 2022

Renungan Pagi

♪GB. 79 : 1,2 – Berdoa

PERSEMBAHANMU ADALAH HIDUPMU

Roma 12 : 1-8

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (ay.1)

 

Ester A. Sutanto dalam bukunya Liturgi Meja Tuhan menuliskan bahwa seringkali umat memahami tindakan pelayanan dalam memberi persembahan (sebagai ungkapan syukur) merupakan tindakan vertikal daripada horizontal, di mana persembahan maupun doa ditujukan kepada Tuhan sehingga umat jarang menghubungkannya dengan pelayanan sosial. 3 Pandangan Sutanto hendak menegaskan bahwa persembahan kita memang ditujukan kepada Tuhan, namun alangkah indahnya jika persembahan itu juga diwujudnyatakan dalam tindakan nyata sehari-hari.

Rasul Paulus menasihati jemaat di Roma juga kita agar mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Artinya, ketika kita telah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan, maka seluruh hidup kita hendaknya menjadi ‘persembahan’ yang berkenan kepada Tuhan. Harus ada wujud nyata yang dipraktikkan dalam perilaku hidup setiap hari. Dengan kata lain, ada perubahan hidup yang lebih baik, sesuai dengan kebenaran firman Allah yang telah didengar dan diajarkan kepada kita. Perubahan hidup itu menuntut setiap orang untuk hidup kudus, yaitu hidup yang bersumber pada Kristus sehingga kita mampu menghadapi berbagai tantangan dan cobaan kehidupan.

Dengan demikian, persembahan tidak selalu berbicara mengenai seberapa banyak uang yang telah diberikan, tetapi seberapa peduli kita terhadap sesama. Gereja sebagai tempat di mana umat menghayati imannya, harus membiasakan jemaat berbagi dan peduli dengan sesama. Apalagi mereka yang sedang dalam keadaan yang menderita. Dalam setiap kegiatan pelayanan, keuangan juga harus dikelola dengan baik dan benar sebagai tanda takut akan Tuhan.

Akhirnya, tindakan kita sehari-hari adalah persembahan kita kepada Tuhan dalam rangka mewujudkan rasa syukur atas berkat-Nya, melalui hasil usaha dan kerja. Inilah yang disebut persembahanmu adalah hidupmu.

♪GB.79 : 3

Doa : (Tuhan, kami ingin menyenangkan hati-Mu, kiranya hidup kami menjadi persembahan yang berkenan di hadapan-Mu)



Renungan Malam

♪GB.240 : 1 – Berdoa

KASIH JANGAN PURA-PURA

Roma 12 : 9 – 11

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (Ay.9)

Mother Teresa pernah berkata baik. bahwa (ay.9) kasih bermula dari keluarga, sebagaimana kasih ibu kepada anak. Kasih bukan sekadar apa yang kita lakukan melainkan seberapa besar kasih yang diberikan dalam perbuatan kita. Sebab melalui perbuatan, kita dapat merasakan ketulusan seseorang dalam mengasihi sesama.

Rasul Paulus menegaskan hendaknya kasih itu jangan pura-pura. Kasih yang pura-pura lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan sesama. Tanpa kasih, seseorang dapat melayani dengan segala kelebihan serta pengetahuan yang dimiliki, tetapi ia akan menjadi semakin sombong. Kasih yang demikian, membawa kita pada suatu kemunafikan yang menunjukkan kepura-puraan kita dalam mengasihi sesama yang dilayani. Karena dalam pelayanan yang terpenting adalah kerendahan hati. Lebih lanjut, Rasul Paulus menegaskan agar kasih yang diberikan melalui perbuatan hendaknya bersumber pada Kristus yang adalah kasih itu sendiri.

Di pihak lain, kasih tidak menuntut balas. Dalam kasih ada pengampunan. Sebab itu, jauhilah yang jahat dan teruslah berbuat baik. Perbuatan baik dapat membawa orang dalam pertobatan dan menerima Kristus dalam kehidupannya. Selain itu, kasih mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati. Sikap rendah hati yang oleh Rasul Paulus hendaknya dimiliki oleh persekutuan jemaat Roma sehingga mereka dapat saling memberi hormat, saling mengutamakan satu dengan yang lain, dan tidak mementingkan diri sendiri.

Pada akhirnya bukan hanya Jemaat di Roma yang diminta untuk hidup dalam kasih melainkan kita juga. Hidup dalam kasih berarti tidak ada kepura-puraan, baik dalam kata maupun perbuatan. Dengan demikian, pelayanan yang kita lakukan – tentu sesuai dengan profesi kita masing-masing – bukan untuk manusia melainkan untuk Tuhan.

♪GB. 240 : 2

Doa : (Tuhan, seringkali kami berpura-pura dalam mengasihi sesama, ampunilah kami)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *