Skip to content

Sejarah Singkat

Latar Belakang

Salah satu daya tarik wisata Kota Semarang adalah Kawasan Kota Lama, sebuah kawasan yang merupakan peninggalan atau warisan pemerintahan Kolonial Belanda, yang keberadaanya dahulu sebagai pusat kegiatan perdagangan, sekaligus merupakan pusat kegiatan (City Center) dari Kota Semarang. Kawasan Kota Lama didirikan dengan bentuk bangunan arsitektur kolonial yang spesifik, yang kaya akan urban heritage bisa dijadikan sebagai salah satu aset wisata budaya.

Gereja Blenduk adalah salah satu bangunan kuno yang berdiri megah diantara bangunan arsitektur kolonal lainnya. Bahkan sering dijuluki sebagai “tetenger” atau “land mark” Kota Lama. Tidak salah lagi Gereja Blenduk, mempunyai daya tarik baik dari segi sejarah, maupun dari segi arsitektur bangunan yang unik, dan anggun.

Sekilas Sejarah

Gereja Blenduk dibangun pada tahun 1753, (berusia + 268 tahun), oleh pemerintah Kolonial Belanda, Hingga saat ini gedung Gereja Blenduk sudah mengalami perubahan bentuk beberapa kali. Pada awalnya gereja yang dibangun pada tahun 1753 ini berbentuk rumah panggung jawa, dengan atap yang sesuai dengan arsitektur Jawa, yaitu atap tajuk. Pada tahun 1787 rumah panggung tersebut mengalami perombakan total, tujuh tahun berikutnya. tepatnya pada tahun 1794, diadakan perubahan kembali bentuk dan ukurannya. Selanjulnya pada tahun 1894-1895, gereja ini direnovasi oleh HPA De Wilde dan W. Westmaas dengan pembaharuan bentuk namun tidak merubah desain secara keseluruhan sehingga dijumpai Gereja Blenduk seperti bentuknya yang sekarang ini, yaitu dengan 2 (dua) buah menara jam (lonceng) dan atap kubah. Saat ini gedung Gereja Blenduk berfungsi sebagai rumah ibadah jemaat Gereja Prostestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) “Immanuel” Semarang.

Sekilas Arsitektur

Dari segi arsitektur, Gereja Blenduk dibangun dua setengah abad yang lalu, desainnya bergaya Pseudo Barougue, gaya arsitektur Eropa dari abad 17-19 M. Bangunan Gereja Blenduk memiliki keistimewaan yang unik, yaitu memiliki denah octagonal (segi delapan beraturan) dengan ruang induk terletak di pusat, sehingga dapat dikatakan bangunan memusat dengan model atap berbentuk kubah atau blenduk.

Luas bangunan gereja sekitar 400 meter persegi, bangunan gereja terdiri bangunan induk dari dan empat sayap bangunan. Ruang gereja terdiri dari ruang jemaat sebagai ruangan utama dan ruang konsistori. Atap bangunan yang berbentuk kubah ini serupa dengan kubah bangunan di Eropa pada abad ke 17-18 klasehi, mempunyai desain unik seperti kubah St. Peter’s di Roma oleh seniman Michelangelo) (1585-1590 AD) dan kubah St. Paul’s karya Sir Christopher Wren (1675-1710 AD). Bentuk kubah seperti bentuk cembung kebawah inilah yang kini menjadi sangat populer kemudian menjadi sebutan “Blenduk”

Beberapa bagian bangunan memiliki arsitektur khas dan hanya terdapat satu karena dibuat secara spesifik khusus pada masanya, sehingga dapat dikatakan sebagai “Prasasti’ antara lain :

▪ Tangga melingkar, sebuah tangga yang digunakan untuk menuju bagian tempat alat-alat musik. Tangga terbuat dari besi tempa berukir, pada anak tangga terdapat tulisan dalam bahasa Belanda yang berbunyi “Plettriji den Haag”. Kemungkinan besar adalah label merk dari perusahaan pembuatnya, sayang pada label ini tidak tercantum tahun pembuatannya.

▪ Mimbar Gereja Blenduk, memiliki keistimewaan konstruksi yang langka, mimbar ini berposisi mengambang dari lantai, sebuah tiang penyangga berbentuk segi delapan beraturan (octagonal) berfungsi sebagai penyangga tunggal mimbar tersebut.

▪ Orgel, sebuah alat musik dengan bentuk yang sangat indah, asal suara berasal dari resonansi pipa-pipa oleh pompa udara, dibuat oleh P. Farwangler dan Hummer, merupakan orgel yang sangat “antik’ keberadaannya hanya dua di Indonesia, salah satunya di Gereja GPIB “Immanuel” Gambir Jakarta.

▪ Lonceng Gereja, sabanyak tiga buah yang memiliki tiga ukuran berbeda (dua diantaranya hilang), pada tubuh lonceng terdapat logo perusahaan bertuliskan J. W. Stiegler-Semarang Anno 1703.

Interior, berupa mebel asil yang hingga saat ini masih dipertahankan bentuk dan kondisi fisiknya seperangkat karya peninggalan masa lampau yang sangat indah, antara lain lampu gantung pada langit-langit kubah, bangku Jemaat dan Majelis berbahan kayu jati, kaca jendela Mosaik dengan desain ornamen kuno.

Pelestarian

Sebagai sebuah bangunan tua Gereja Blenduk sangat membutuhkan upaya pelestarian yang sungguh-sungguh disadari bahwa upaya pelestarian membutuhkan dana yang tidak sedikit. oleh kerena itu untuk mewujudkannya memerlukan kepedulian berbagai pihak.

Pelestarian benda peninggalan kuno adalah tanggung jawab bersama.

1 thought on “Sejarah Singkat”

  1. Shallom
    Salam hormat,
    Kami dari program Studi Arsitektur UK Petra Surabaya bermaksud untuk mengadakan kunjungan ke dalam gereja Blenduk Semarang pada hari Sabtu tanggal 24 Juni pk. 09.00 WIB. Kami mohon ijin agar dapat diperkenankan masuk dan belajar tentang interior gereja. Surat permohonan resmi akan kami kirimkan pada gereja.

    Adapun email ini adalah sebagai pemberitahuan awal tentang maksud kunjungan kami.
    Atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan banyak terima kasih. Tuhan memberkati.

    Hormat kami,
    Christine Wonoseputro
    Dosen Arsitektur Indonesia
    Universitas Kristen Petra Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *